Yudhi'm Blog

Blog yang berisi berbagai macam tulisan & tutorial umum. Enjoy the blog here!!!

Banner Iklan1

Banner Iklan1
Sudahkah keluarga Anda terlindungi?

Banner Iklan

Banner Iklan
970x90

Belajar Matematika Versi Siradjudin

MATA pelajaran Matematika merupakan momok. Alasannya, mungkin karena harus bergelut dengan angka-angka dan rumus-rumus yang njelimet.
SEMENTARA itu, pola pengajaran Matematika yang ditempuh para guru sekolah dasar (SD) umumnya cenderung statis dan rutin, seperti peserta didik diminta mengerjakan soal-soal yang sudah tersedia pada buku pegangan siswa. Guru tinggal memberi nilai berdasarkan "benar atau salahnya" hasil jawaban yang dikerjakan para siswa.
Namun, Siradjudin, warga Kompleks Perumnas Tanjung Karang, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), punya cara khusus membuat pelajaran Matematika disenangi oleh para siswanya. Caranya, Kepala Sekolah SD 43 Mataram ini membuat alat peraga sederhana, tidak membosankan, dan siswa merasa sedang bermain sambil belajar.
Dari alat itu Siradjudin menanamkan konsep dasar "operasi hitung pengurangan, penjumlahan, dan perkalian" kepada para siswa dengan titik tekan bukan pada hasil, melainkan proses mendapatkan hasil akhir "mengurangi, menjumlah, dan mengalikan angka".
"Memang belajar Matematika itu perlu daya tarik agar siswa tidak bosan dan lebih aktif sebagai salah satu sasaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Karena itu, saya coba membuat media penarik berupa alat peraga. Omong kosong bicara KBK kalau tidak ada medianya," ujar Siradjudin.
Alat bantu praktik itu disebutnya Arena Kuda Loncat Bilangan. Wujudnya berupa sebuah kayu-mirip mistar-yang diberi skala 0 sampai 15 dan dari 0 hingga minus 15. Alat tersebut dilengkapi dengan boneka kuda ukuran buah catur yang bisa digeser ke kiri dan kanan pada kayu berskala, lalu diberi tiang dudukan pada dua ujung kayu tadi.
Arena Kuda Loncat Bilangan dipakai untuk belajar "operasi hitungan pengurangan" atau "operasi hitungan penjumlahan". Untuk menghitung (-3) - (-4), misalnya, langkah yang ditempuh adalah menentukan arah loncatan kuda, dengan melihat bilangan kedua. Karena bilangan kedua negatif, seperti contoh di atas, kuda diarahkan ke kiri dan ditaruh pada titik minus tiga digeser empat langkah dan berhenti pada angka minus tujuh.
Adapun bila soalnya (-3) + (-4), kuda diarahkan ke kanan, dimulai pada minus tiga kemudian melangkah empat kali dan berhenti pada titik satu. Titik pemberhentian adalah hasil akhir penjumlahan dan pengurangan.
Untuk perkalian (-3) x (-4), kuda dihadapkan/melangkah ke kanan. Empat kali melangkah dihitung satu kali. Mengacu soal itu, berarti kuda itu melangkah tiga kali, diawali dari titik nol dan berhenti di titik 12, yang merupakan hasil akhir perkalian tadi.
Alat bantu lain disebutnya Arena Mobil-mobilan, berupa papan tripleks yang dilengkapi rumah-rumahan, garase yang bagian atapnya ada bilangan perkalian (5 x 3, 2 x 4, dan lain-lain), kemudian sejumlah mobil-mobilan dari kayu diberi nomor yang merupakan hasil perkalian. Untuk memainkannya, mobil-mobilan awalnya ditaruh di ruang parkir umum, lalu siswa diminta menjalankannya melalui jalur yang sudah ada, dan diparkir pada rumah/garase yang sesuai dengan bilangan perkalian. Katakanlah mobil nomor 18, maka rumah/garase tujuannya adalah 9 x 2.
"Sasaran alat peraga itu adalah bagaimana agar siswa mengerti dan memahami proses, bukan hasil akhir," kata Siradjudin.
Pentingnya sebuah proses dilukiskan pada seorang anak yang berjalan di malam gelap lalu tiba-tiba mengetahui dirinya tiba di lokasi sebuah mal. Saat disuruh kembali sendiri ke mal, si anak tidak tahu dari mana mulai langkah awal.
"Lain halnya jika sejak awal si anak diberitahu bagaimana proses ke mal, seperti naik bemo atau naik ojek, jalurnya ini, ongkosnya sekian. Metode seperti itu umumnya tidak diajarkan dalam pelajaran Matematika."
DENGAN alat itu, siswa yang benci pelajaran Matematika menjadi senang. Misalnya, di SD 43 Mataram para siswa diberi jatah untuk "memainkan" alat- alat itu. Juga dengan alat itu siswa bisa menyelesaikan lima soal dalam tempo 10 menit. Tuturnya, "Kalau kami tidak hentikan, mereka terus bermain dengan alat itu."
Hal itu berbeda jika siswa diminta mengerjakan soal tanpa alat bantu. Katanya, "Lima soal dalam waktu 30 menit, hanya 10 persen dari total siswa yang bisa menyelesaikan seluruh soal, sisanya cuma mampu mengerjakan tiga soal."
Alat itu digunakan untuk Kelas III hingga Kelas VI, sedangkan untuk Kelas I dan II ada alat bantu lain yang disebut Dekak-dekak Roling-mirip alat hitung sempoa-dan Planel Perkalian. Melalui alat-alat tersebut, Siradjudin mendapat Anugerah Teknologi Terapan untuk Kategori Pengembang dan meraih hadiah Rp 4 juta dari Pemerintah Provinsi NTB. Ia menerima hadiah itu pada Peringatan Hari Ulang Tahun Provinsi NTB tahun 2003.
Karya temuannya itu diciptakan mulai tahun 1999 dan lewat serangkaian uji coba, alat itu disempurnakan awal 2003 dan meraih penghargaan. Malah beberapa SD sudah membeli temuannya itu-yang kini dalam proses mendapatkan hak cipta-yang dijual Rp 520.000.
Semula Arena Kuda Loncat Bilangan dibuat amat sederhana, malah boneka kuda sebagai pelengkap alatnya semula berbentuk kodok ataupun dinosaurus.
"Biar gampang diingat saya pakai kuda saja sebab NTB juga ’gudang’ ternak kuda," kata ayah dari Candrahadi Kusuma (mahasiswa Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta), Suryahadi Kusuma (mahasiswa Institut Teknologi Surabaya), dan Ardian Kusumawati (siswi kelas III SMP II Mataram) ini.
Acap kali pula Siradjudin mendapat ilham dari fenomena sekitar. Sebutlah mainan mobil-mobilan tadi. Suatu saat dia melihat anak-anak senang membeli makanan ringan yang ada bonusnya berupa mobil-mobilan dari plastik. Mereka, sambil meniru deru mesin mobil, tampak asyik memainkan mobil-mobilan. "Saya berpikir bagaimana agar permainan itu bermanfaat," ucapnya.
Boleh dibilang ketekunan Siradjudin pada Matematika dilatarbelakangi oleh upaya menghindari kerasnya pendidikan yang dilakukan gurunya.
"Siapa pun yang tidak bisa mengerjakan soal berhitung, maka harus siap dipukul pakai garisan kayu," ujar lelaki kelahiran 12 Juni 1955 di Desa Lido, Kecamatan Belo, Bima, Pulau Sumbawa. Hebatnya, lulusan Sekolah Pendidikan Guru (1974) dan alumnus IKIP Mataram (1988) ini mengongkosi sendiri seluruh biaya penelitiannya. (KHAERUL ANWAR)
Bagikan :
+
Previous
Next Post »
1 Komentar untuk "Belajar Matematika Versi Siradjudin"

Informasi Pilihan Identitas:
Google/Blogger : Khusus yang punya Account Blogger.
Lainnya : Jika tidak punya account blogger namun punya alamat Blog atau Website.
Anonim : Jika tidak ingin mempublikasikan profile anda (tidak disarankan).

 
Template By Kunci Dunia
Back To Top